Kalau mengutip jargonnya bang Enda ‘why not?’
Mungkin perlu dijelaskan dulu mengenai definisi blogger. Blogger itu merupakan individu yang mempunyai blog. Punya blog berarti kegiatannya adalah menulis. Apa yang ditulis? Itu tergantung si blogger, bisa menjadi semacam diary, bisa menjadi semacam direktori, bisa menjadi semacam pusat informasi, bisa menjadi semacam penyampai opini dsbnya. Dan semua orang yang memilik blog adalah blogger, walopun update blog setahun sekali, yang penting di update
Tidak bisa dihindari bahwa, saya adalah blogger yang lahir dari jaman di mana blogger-blogger itu -pernah- sangat akrab, tulus, rukun dan guyub. Kami bertemu melalui blog, berinteraksi di blog, kemudian menjadi akrab seperti keluarga, bahkan ada yang akhirnya menikah. Tulisan yang kami posting itu beragam, bisa curhat, opini, minta pendapat dsbnya. Dari yang penting sampai tidak penting bahkan hal remeh-temeh pun ditulis :lol:. Komen artikel sudah layaknya obrolan di grup whatsap, rame! Postingan berbalas postingan, serulah pokoknya. Setiap pagi, yang pertama kali dibuka adalah blog atau blog yang dikunjungi sebelumnya, untuk melihat komen apa saja yang sedang berlangsung. Tidak jarang, dari komen yang jumlahnya ratusan itu kemudian menjadi satu artikel baru, begitu seterusnya. Iya, ratusan tapi bukan di blogku pastinya 😆
Pada waktu itu, ada beberapa blogger yang akhirnya dilamar oleh beberapa media untuk menjadi kontributor, itu sempat menjadi semangat buat saya untuk terus menulis, mana tau dilamar,,,,, jadi penulis :lol:. Buat saya sangat mevvah sekali, ntah saya yang masih polos atau memang pada waktu itu, kebiasaan kami menulis, kepolosan dan ketulusan artikel-artikel yang kami tulis ketika dihargai dengan satu pekerjaan adalah hal yang luar biasa. Ternyata jadi blogger itu selain bisa banyak temen, banyak informasi, ketemu blogger-blogger keren juga bisa menghasilkan. Tren punya blog pada waktu itu hanyalah biar bisa ikutan kopdar terus ketemu dengan blogger keren macam Mbak Dos dan Ndorokakung 😆 iya, sesimple itu
Kopdar adalah saat yang paling ditunggu-tunggu, karena apa? KANGEN YANG TERTAHANKAN :lol:. Setidaknya itulah yang dirasakan, ketika berhubungan dengan sesama blogger pada jaman saya dulu. Selain itu kopdar merupakan kesempatan untuk ketemu dengan blogger keren yang kalo sekarang istilahnya seleb blog. Jangankan ketemu, disalamin/disenyumin aja udah melayang rasanya :lol:. Yang paling berkesan adalah ketika Pesta Blogger tahun 2010 (semoga tidak salah) di Epicentrum kuningan. Blogger-blogger dari seluruh Indonesia berdatangan dengan kemauan dan biaya sendiri. Ada yang menginap di rumah sesama blogger, sewa penginapan bareng terus gak bisa masuk karena yang di dalem apartement tidurnya nyenyak banget walaupun udah digedor & di telp berkali-kali 😆 bahkan ada yang tidur di emperan Epicentrum, ADA :lol:.. Tanpa ada embel-embel seperti, baru datang kalo dikirimin tiket & biaya akomodasi :lol:, mana ada dulu seperti itu. Semangat seperti itu yang terkadang bikin saya kangen masa-masa dulu. Siapa ndak kangen coba 🙂
Namun waktu tidak bisa diputar kembali, dan makin ke sini banyak sekali pergeseran yang terjadi di dunia per.blogger.an. Apalagi 2-3 tahun ke belakang blog sudah dianggap sebagai media alternatif dalam penyampaian informasi, bisa dibilang setara dengan media (semoga saya tidak salah). Kelebihan blogger apa? Mereka menyampaikan informasi dengan ‘hati’, bilang suka ketika suka, bilang tidak suka ketika tidak suka dengan penyampaian yang santun tanpa bermaksud menjatuhkan/menjelekkan pihak lain. Berbeda dengan media online yang menyajikan data dan informasi tanpa boleh memberikan ‘rasa suka atau tidak suka’ (setidaknya ini menurut saya, minta tolong dikoreksi kalau salah ya).
Hal ini mulai diendus oleh industri digital, yang mana mereka membutuhkan masukan mengenai produk langsung oleh blogger yang menyampaikan opini dengan tulus, jujur dan menggunakan hati. Disamping itu juga, tren ketika mencari rekomendasi kemana sih? Kalau tidak ke teman terdekat yaa ke blogger, karena review yang berbeda dengan yang disampaikan oleh media online. Maka mulailah pelaku industri tersebut bekerjasama dengan blogger, dan muncullah istilah blogger berbayar.
Apakah itu salah? OTENTU TIDAK, KENAPA MESTI SALAH? Pelaku industri bekerjasama dengan blogger pasti ada kriteria tertentu, bisa jadi karena produk tersebut tercermin di pola hidup, hobi kegiatan kesukaan dsbnya dari blogger, bisa jadi juga karena penyampaiannya yang sangat urut, teratur dan halus sehingga pembaca ‘kena’ dengan pesan yang ingin disampaikan, bisa juga karena blogger tersebut mempunyai ‘massa’ yang spesifik atau loyal atau lucu dan seru, dsbnya, sangat beragam.
Ketika ada tawaran, adalah hak dari blogger untuk menerima atau menolak. Ketika menjadi profesi, adalah hak blogger untuk menjadikan sebagai profesi atau berjalan aja dengan kegiatan nge-blog yang dilakukan, maksud saya blogger tersebut tetap menulis hal apapun walaupun tidak sedang bekerjasama dengan siapapun.
Ketika menjadi profesi, dan isi tulisan penuh dengan link atau foto atau informasi mengenai satu produk atau kegiatan, mulai muncul pro dan kontra. Ada yang jengah,, sebel, kesel dengan blogger yang semua postingannya berbayar, ada juga yang biasa-biasa aja. Menurut saya itu lumrah, karena tidak semua hal yang kita lakukan itu bisa menyenangkan semua pihak. Hanya saja yang bikin sedih, ketika profesi tersebut kemudian menjadi bahan nyinyiran, pertemanan menjadi tidak sehat dan ada gap.
Hal yang sebenarnya tidak perlu terjadi, jika saja mau melihat dari sisi lain, manfaat tulisan tersebut misalnya atau kalau tidak suka yaa un-subscribes aja tanpa perlu menghabiskan waktu, tenaga dan pikiran untuk nyinyir, nyindir dsbnya. Hal seperti itu tuh yang malah bikin curhat panjang lebar kaya gini kaaaaan 😦
Tapi dari sisi blogger sebenarnya hal ini bisa dijadikan sebagai bahan introspeksi diri. Apakah tulisan saya terkaku? Apakah tulisan saya berubah? Apakah pesan yang saya tulis itu tersampaikan? Apakah tulisan saya bisa meng-influence pembaca dsbnya. Bisa jadi, yang jengah tersebut kecewa karena pola tulisan yang berubah menjadi iklan semua tanpa adanya bumbu-bumbu tulisan yang lain, karena menurut saya blogger juga mempunya tanggungjawab kepada pembacanya, tidak sekedar menulis semau gue – sekedar saran
Jadi ketika ada pertanyaan apakah blogger sebuah profesi? YA JELAS BUKAN pan udah dijelasin diatas maliiiihh 😐 tapi ketika pertanyannya adalah APAKAH PEKERJAAN BLOGGER BISA MENJADI PROFESI? kenapa tidak 🙂
ttd – nunik rahmawati, blogger yang cinta damai, suka baper kalo keingetan jaman seru2an dengan blogger, suka menabung, suka cerewet tapi baik hati, tidak sombong, suka bagi-bagi buah dan sedang suka lari :*
Aku blogger manja hanya berbagi bahagia dan kancut, terus menulis meskipun ngak di bayar. Kalo ada yg bayar yaaa liat angka nya, kalo terlalu receh yaaa ditolak tapi tetep berbagi hahahhaa
:)) semuanya kembali ke pilihan kak cumi, bisa menjadi profesi bisa juga seperti kak cumi yang berjalan aja dengan kegiatan menulis yaa
Paragraf-paragraf awal bikin nostalgia ke PB 2010 dan Ngerumpi euy.
iya mbak alfa, ngangenin yaaa
aku nulis aja lah, mau profesi ataupun bukan. :))
:))) iya makcik, hajar teruslah
AAAAA… ADA AKUUUU :3
yadooonk
Kalau saya, jadi blogger untuk menghidupi diri sendiri, dan keluargaku nanti. Prinsipku, sesuatu yang kita yakini pasti akan terjadi
ntap
Bang Enda sekarang masih ngebloh apa nggak ya?
apa sudah jadi konsultan online dan sejenisnya?
thank
bang enda masih ngeblog tapi tidak sesering dulu, karena kesibukan beliau yang padat sepertinya…
huhuhu aku belajar nulis aja deh mak, belum PD dibilang blogger hihihi
mungkin bisa dimulai dengan mengurangi penyebutan mak :)))))) manggil nama atau diganti mbak lebih ok *dikaplok :))))
terus aku dijitak wakakakkkk
:)))))
Heheheee.. Apa kabar mbak keceee?
baiik, kamu apa kabar cha? eh pista ini panggilannya icha bukan si? :))
Baik, mbak 🙂 iyaaaa aku icha, kakak kecehhhhh 🙂